Syamsul, Huda (2020) INTEGRASI ILMU ANTARA WACANA DAN PRAKTIK: STUDI KOMPARATIF UIA MALAYSIA & UIN MALANG. SPASI BOOK. ISBN 978-602-0708-65-2
Text
INTEGRASI ILMU - Buku.pdf Download (1MB) |
Abstract
Merujuk pada pendapat Hasan Hamid Bilgrami dan Sayid Ali Asyraf bahwa konsep universitas Islam adalah perguruan tinggi yang bercita-cita mencetak sarjana yang ahli dalam bidang ilmu keislaman sekaligus ilmu umum, sehingga mampu menampilkan kebenaran melalui penelitian, observasi, dan eksperimen. Kemudian, dapat hidup dan membimbing orang lain secara islami, demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta rahmat bagi seluruh alam. Jadi, perguruan tinggi Islam merupakan tempat penyemaian dan pengembangan yang melahirkan orang-orang berilmu dengan dasar tauhid, risalah, dan akhirat. Untuk mewujudkan idealisme di atas, UIA Malaysia dalam pengem bangan keilmuannya memakai konsep Imam alGhazali yang membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu agama adalah fardhu ‘ain, sedangkan mempelajari ilmu umum/sains adalah fardhu kifayah. Dalam pelaksanaannya, UIA Malaysia menyandingkan konsep intelektual (kampus) dan konsep spiritual (masjid). Konsep ini dilanjutkan dengan konsep oncampus housing (asrama), mushala, dan kegiatan. Ketika waktu shalat, maka seluruh kegiatan akademik harus berhenti dan diharapkan mengi kuti kegiatan spiritual/shalat berjamaah di masjid, demikian juga di asrama. UIN Malang dalam pengembangan keilmuannya, juga memakai konsep al-Ghazali, antara ilmu agama dan umum, serta dalam mempelajarinya terdapat fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Dalam pelaksanaannya, disintesiskan antara kearifan (ma’had/ pondok psantren dan masjid) dan intelektualitas (kampus). Bangunan fisiknya pun (ma’had dan kampus) berada di satu zona, sehingga kegiatan spiritual dan intelektual bisa saling mendukung. Menjelang shalat dzuhur, semua kegiatan akademik dihentikan. Kemudian untuk ta’lim, dzikir, dan lain-lainnya dilakukan setelah proses akademik selesai (sore dan malam hari).Dampak dari proses pengembangan ilmu terhadap operasional pendidikan (akal, hati, dan jasmani) antara UIA Malaysia dan UIN Malang berbeda. Keduanya merespon dan menyikapi sesuai dengan kontruksi sosial dan pola pikir masing-masing dalam mengintegrasikan ilmu, mulai dari tujuan pendidikan, tenaga kependidikan, peserta didik, dan konteks pendidikan (lembaga pengembang ilmu). Adapun persamaan dalam integrasi ilmu yang dilakukan UIA Malaysia dan UIN Malang adalah mengusung dan menggunakan pengelompokan ilmu yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. UIA Malaysia menaruh semuanya dalam proses perkuliahan sebagai konsekuensi dari tidak adanya Fakultas Pengajian Islam (Islamic Studies). Bahkan, UIA Malaysia menawarkan double degree (gelar ganda). Selain itu, kegiatan yang dilakukan on-housing campus (asrama) hanyalah kegiatan non-formal. Di UIN Malang ada sebagian mata kuliah fardhu ‘ain yang pembelajarannya di ma’had. Meskipun demikian, ma’had juga mengeluarkan sertifikat bagi mahasiswa yang sudah lulus ta’lim al-Afkar dan ta’lim Al-Qur’an, sehingga dapat meneruskan pembelajarannya di fakultas/jurusan tanpa harus mengulang. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk terinteg rasinya pembelajaran dan keilmuannya.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | 13 EDUCATION > 1303 Specialist Studies In Education > 130302 Comparative and Cross-Cultural Education |
Depositing User: | Muhamad Hamim |
Date Deposited: | 18 Jun 2020 04:14 |
Last Modified: | 08 Nov 2020 05:01 |
URI: | http://repository.iainkediri.ac.id/id/eprint/127 |
Actions (login required)
View Item |