ISLAM MITHIS DI INDONESIA : Dalam kajian Antropologi – Sosiologi

Sardjuningsih, Sardjuningsih (2015) ISLAM MITHIS DI INDONESIA : Dalam kajian Antropologi – Sosiologi. Kodofikasi, 9 (1). ISSN -ISSN : 2656-002X; P-ISSN : 2774-2385

[img] Text
@_Abstraksi Islam mithos.pdf

Download (294kB)
[img] Text
@_ISLAM_MITHOS_DI_INDONESIA.pdf

Download (981kB)
Official URL: https://ejournal.uniks.ac.id/index.php/KODIFIKASI

Abstract

Pemaknaan masyarakat terhadap agama tidak monolistik melainkan kompleks, yang menunjukkan fungsinya, untuk orientasi kehidupan yang lebih luas, yang mencakup kehidupan saat ini dan kehidupan setelah mati. Kompleksitas ini kemudian dibingkai dengan tradisi dan ajaran nenek- moyang yang dianggap luhur, melalui pengetahuan dan tradisi mitos untuk meneguhkan keyakinan. Tidak terkecuali Muslim Indonesia, sangat menghargai nilai tradisi, terutama yang telah menjadi bagian dan menyatu dengan praktek keberagamaan. Oleh karna itu manifestasi agama Islam pada setiap kelompok masyarakat berbeda, karena perbedaan tradisi yang menyelimutinya. Karena kedudukan tradisi dan ajaran nenek-moyang ditempatkan pada posisi yang setara dengan agama, yakni keyakinan terhadap hal gaib atau supernatural. Kepercayaan kepada Supernatural menjadi karakter kuat dari agama tradisi ini, seperti; Dewa, Roh Gaib, mahluk halus, mistik dan magis, dimana semua itu itu wujud dari spiritualitualisme atau keyakinan akan ‘ kekuatan”. Keberadaan mereka disembah, dihormati, dihargai dan bahkan dikultuskan , diperlakukan sebagaimana Tuhan dalam Agama. Apresiasi masyarakat terhadap kekuatan supernatral ini sering bersifat Antropomorhisme, yakni bahwa supernatural tersebut sering diperlakukan sebagaimana mahluk lainnya yang memiliki kemampuan dan sifat seperti manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. Konsep dan persepsi ketuhanan masyarakat tidaklah monotheis murni, melainkan monopluralistik, yakni kepercayaan atas substansi tuhan yang lebih dari satu, tetapi semuanya dalam satu kesatuan. Konsep “tuhan ada dimana – mana” ditafsirkan bahwa tuhan itu bisa berbentuk kekuatan apa saja dan dimana saja, bisa di gunung, di laut, sungai, sumur, gua, pohon, bangunan gedung dan lain-lain. Tradisi yang diakomodasi masyarakat dalam praktek agamanya sering terkait dengan keberadaan mitos didalamnya. Kebenaran mitos adalah masalah keyakinan, emosi dan mental masyarakat. Seluruh proses agama yang menyangkut doktrin, sejarah dan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan mitos, termasuk agama yang diklaim sebagai agama wahyu sekalipun. Untuk menunjukkan kesalehan dalam beragama, selalu mendasarkan diri pada pengetahun mitos yang ada di balik tradisi keagamaannya. Wujud dari praktek Islam mithis lebih banyak mengambil proses sinkretis , yang kemudian dimodifikasi kedalam bentuk yang sesuai dengan tuntutan zamannya. Proses akomodasi juga tidak dapat dilepaskan dari tranformasi Islam kedalam tradisi. Tradisi yang dirasa tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan dapat mendukung nilai keislaman, mereka kembangkan. Model ini sering disebut sebagai Islam kontekstual, Islam tradisi, Islam lokal, atau Islam substansial. Unsur mitos menjadi sangat penting dalam Islam kontekstual ini, karena pengetahuan mitos dianggap sebagai kisah suci kejadian primordialis tentang kejadian alam, masa lalu, dan kehidupan lainnya. Frazer menjelaskan bahwa posisi mitos dalam agama masyarakat, sebagaimana kitab suci dalam agama modern. Ritual yang disusun atas dasar mitos menjadi unsur penting dalam praktek Islam di Indonesia. Disetiap suku dan kelompok yang mengaku sebagai Muslim sekalipun, memiliki praktek Mitos yang menjadi dasar menyusun Praktek Islam lokal. Islam Sasak, Islam Adewatang, Islam Palang, Islam Keraton, Islam Tolotang, Islam Pesisir selatan, Islam Dayak, dan Islam Bubuhan Kumay, menunjukkan betapa mitos memiliki peran sangat penting terhadap praktek Islam tersebut. Dalam kajian Antropologi dan Sosiologi, fungsi dan peran mitos , agama, dan tradisi tidak dibedakan secara substansial, karena semuanya mengandung unsur yang gaib. Kajian Antropologi melihat Mitos sebagai sebuah kisah yang dianggap sakral kedudukannya sebagimana kitab suci yang dapat menjelaskan peritiwa primordial yang transenden. Mitos kaitannya dengan religi sedangkan kitab suci kaitannya dengan agama. Sosiologi menjelaskan bahwa mitos sebagai struktur sosial yang memiliki fungsi dalam meciptakan kondisi masyarakat. Sebagai sebuah kepercayaan yang dapat memperkuat kebatinan masyarakat untuk dapat melestarikan nilai- nilai perekat sosial dalam masyarakat. Ritual yang disusun atas dasar mitos lebih memiliki pengaruh kehidmatan terhadap praktek agama. Tylor, Frazer, Marcia Eliade, Malinousky, Emille Durheim, William James memastikan bahwa peran ketiganya sangat penting sebagai sebuah ideologi yang mengembangkan nilai- nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat. Max Weber memberi analisa bahwa dalam agama yang sederhana maupun yang komplek, posisi mitos sama pentingnya dalam menyusun ritual praktek keagamaan. Dalam kajian struktural-fungsional Antropologis: agama, mitos dan tradisi bagi masyarakat adalah struktur yang komplek, yakni sebagai kepercayaan, doktrin, dan ideologi. Sebagai kepercayaan terhadap mahluk gaib yang mengikat batin, emosi dan perasaan masyarakat, bahwa alam ini dikuasai oleh kekuatan supernatural.Sebagai doktrin, semuanya dilihat sebagai ajaran luhur yang berisi tuntunan moral untuk dipedomani. Sebagai ideologi, semuanya dipandang sebagai cara pandang masyarakat terhadap alam dan kehidupan. Dalam analisa Sosiologi: Agama, mitosdan tradisi adalah elemen struktur- fungsional yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai salah satu elemen dalam kehidupan soial, agama memainkan peranan penting dalam membentuk dan mewujudkan ikatan sosial. Dalam hal ini masyarakat bagi individu adalah segalanya yang harus dilestarikan, agar terwujud tatanan sosial yang harmonis. Agama , mitos dan tradisi menjadi perekat sosial untuk menciptakan harmoni sosial. Islam mithos di Indonesia membentuk jati diri model keberagamaan masyarakat, yang tidak bisa lepas dari lingkungan geografis,spiritual-historis, kultur, sikap hidup, dan pandangan hidup. Hal ini semakin membuktikan bahwa agama sangat terkait dengan kebdayaan, yang dimaknai secara kompleks, tidak hanya sebagai kebutuhan rohani semata, tetapi juga berisi orientasi kehidupan kini dan yang akan datang.

Item Type: Article
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220405 Religion and Society
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Jurusan Perbandingan Agama
Depositing User: Muhamad Hamim
Date Deposited: 19 May 2021 05:11
Last Modified: 19 May 2021 05:11
URI: http://repository.iainkediri.ac.id/id/eprint/356

Actions (login required)

View Item View Item